Kalau anda mendengar kata
pahlawan, apa yang pertama muncul dalam benak pikiran anda? Seseorang yang
telah meninggal dunia,yang berjasa bagi perjuangan kemerdekaan Indonoseia?
Ataukah seorang superhero yang menyelamatkan kehidupan manusia, dan ketika meninggal
diabadikan dengan sebuah gelar kehormatan? Atau apa?
Pahlawan Masa Lalu
Kita selalu senang dan bangga sekali
bisa mengenang pengorbanan dan semangat juang para pahlawan di masa lalu yang
gugur membela tanah air ini. Setiap tanggal 10 November kita melakukan
peringatan itu. Hari ketika semangat arek-arek Suroboyo yang terdiri dari
pemuda-pemuda Maluku, sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan pahlawan yang berasal
dari daerah-daerah di Indonesia lainnya makin memuncak.
Bung Tomo dalam ” Menembus Kabut
Gelap; Pemikiran, Surat dan Artikel Politik (1955-1980)”, mengingatkan akan
teladan seorang pahlawan sejati pada masa itu yaitu Jendral (Besar) Soedirman,
” Pahlawan Soedirman berada di medan
yuda hanya dengan paru-paru sebelah, tetapi kepribadian serta semangat beliau
tetap menjiwai segenap pejuang yang sedang mempertaruhkan segala-galanya.”1)
Semangat itu tidak lepas dari
kebersamaan yang erat sebagai satu nasib satu tanggungan untuk memerdekakan
bangsa, walau berbeda suku, agama, warna kulit
dan bahasa.
Bapak Soeharto, dalam “Pandangan
Presiden Soeharto tentang Pancasila” menjelaskan :
” Ya, kita memang berbeda-beda
tetapi kita bertekad untuk bersatu!
Bhineka Tunggal Ika!
Apabila kita ingin bersatu, maka
persoalan pokoknya BUKAN menghilangkan peerbedaan-perbedaan tadi. Itu adalah
mustahil, karena bertentangan dengan kodrat. Biarlah perbedaan itu ada dan
tetap ada. Yang kita usahakan adalah bagaimana perbedaan-perbedaan itu dapat
mempersatukan kita dalam persatuan yang indah, seperti kesatuan warna-warni
pelangi yang serasi.”2)
Demikianlah, perjuangan masa lalu
itu berhasil karena adanya persatuan dan kesatuan yang terjalin erat. Semangat
jiwa yang mengedepankan kepentingan nasional daripada kepentingan golongannya
atau bahkan pribadi yang lebih sempit lingkupnya.
Pahlawan Masa Kini
” Dan perjuangan kemerdekaan bangsa
ini, telah sampailah pada saat yang membahagiakan. Dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat serta adil dan makmur”
Bunyi pembukaan Undang-undang Dasar
1945 itu mengingatkan kepada kita semua, bahwa perjuangan kemerdekaan adalah
sebuah pintu gerbang untuk memasuki sebuah negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat dan juga adil dan makmur.
Kemerdekaan telah diraih,kesatuan
sebagai bangsa masih kita pegang, meskipun keteguhannya mulai terlihat
mengendur dengan pandangan-pandangan kelompok yang sempit apakah kedaulatan
bangsa telah yang mulai marak. Dan apakah kedaulatan bangsa ini telah
ditegakkan?! Dan tujuan kemerdekaan untuk menciptakan masyarakat adil dan
makmur ini telah tercapai 100 persen.
Saya rasa belum. Untuk itulah perjuangan dengan
semangat serta keberanian yang sama dengan para pahlawan pendahulu menjadi
penting sekali diterapkan sekarang ini.
Mengutip pandangan Ibu Susi
Pudjiastuti, Menteri Perikanan dan Kelautan di Kabinet Kerja dari Presiden Joko
Widodo saat memperingati Sumpah Pemuda menjadi menarik untuk dicermati : ” Sumpah Pemuda adalah tidak
membiarkan natural resource yang begitu besar, utamanya dalam kekayaan
kelautan, diambil oleh orang lain.”
Ini adalah bentuk kedaulatan yang
semestinya berani kita perjuangkan. Perjuangan atas tanah, air, dan udara
Indonesia. Dan selanjutnya mempergunakan hasil kekayaan tersebut bagi
terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Melawan tindakan korupsi dan mental
pemalas menjadi penting sekali dilakukakan. Ini adalah perjuangan
berkelanjutan. Pembangunan masyarakat itu sendiri, pembangunan manusia-manusia
Indonesianya itu sendiri.
Senapas dengan itu, saya rasa apa
yang telah diperjuangkan oleh Bapak Anand Krishna selama ini, untuk membentuk
dan menciptakan masyarakat yang sadar, lewat latihan-latihan seni memberdaya
diri serta meditasi, menjadi sangat berhubungan sekali dengan tujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur itu.
Masyarakat yang sadar akan
mengetahui apa tujuan kehidupannya di bumi Indonesia ini, untuk berjuang
bersama, untuk berkarya bersama mencapai tujuan bangsa ini seperti apa yang
diamanatkan para founding father.
Masyarakat yang sadar akan berdiri
bersama dalam semangat kebersamaan dan bekerja tanpa pamrih karena ingin ikut
mendharma-baktikan kehidupannya bagi masyarakat, bangsa serta dunia ini.
Kita meneladan semangat para
pahlawan masa lalu, dan menerapkannya dalam masa kini. Sekarang ini kita
membutuhkan pahlawan-pahlawan yang sudah bebas dari pamrih pribadi yang sempit,
kalaupun dianggap pamrih maka itu adalah pamrih untuk memenuhi amanat serta
janji kemerdekaan dari ketika awal republik ini dibentuk.
Dengan begitu, kita akan menjadi
inspirasi dan teladan bagi calon-calon pahlawan masa depan yang akan selalu
dibutuhkan bagi bangsa ini untuk terwujudnya masyarakat adil dan makmur dan
ikut serta turut menciptakan kedamaian dunia.
Bukit Pelangi, 10 November 2014
******** Sumber: 1) Sutomo, Bung Tomo Menggugat,hal:188 2)Pandangan Presiden Soeharto tentang
Pancasila,Yayasan Proklamasi, CSIS Jakarta,Juni 1977,hal:58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar